Rabu, 23 Januari 2013

Skripsi (Pengaruh Bimbingan Muhadharah Terhadap Kemampuan Berpidato)


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja   Kec.Perhentian Raja...
"Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulqarnain. Katakanlah: Aku akan bacakan kepadamu c...
Mari Teman-Teman Seluruh Pelajar Pemuda Dan Mahasiswa Yang berasal Dari Kec. Rakit Kulim Kita Bersama-sama Membangun Semangat Persatuan Dan ...
Minggu, 01 Mei 2011

Skripsi (Pengaruh Bimbingan Muhadharah Terhadap Kemampuan Berpidato)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja  Kec.Perhentian Raja adalah salah satu Lembaga Pendidikan yang berbasis agama Islam yang berada di Kabupaten Kampar. Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum  bernaung di bawah Yayasan Darul Jamil dan  dikepalai oleh Bapak Muhammad Isnaini Lubis, S.Pd.I. Oleh karena sekolah ini berlatar belakang pendidikan agama Islam, maka pelajaran yang diajarkan kepada para santrinya sabagai Madrasah Tsanawiyah swasta seperti Madrasah Tsanawiyah swasta lainya, lebih ditekankan pada pelajaran-pelajaran Agama, serta adanya latihan Khusus dibidang Ceramah, membaca Al-qur’an, membaca puisi-puisi Islam, dan lain sebagainya. Pelajaran ini biasanya dipraktekkan dalam suatu acara yang disebut Muhadharah.
Melalui aktivitas atau kegiatan bimbingan Muhadharah ini siswa dilatih berbicara di depan kelas yang sebelumnya telah dibekali teknik-teknik berpidato dan menyampaikan isi pidato tersebut dengan maksud agar mereka memiliki keberaniaan untuk berbicara didepan publik (public speaking).
Aktivitas itu sendiri berasal dari bahasa inggris active yang berarti gesit, giat atau bersemangat (Jhon M. Echols dan Hassan Shadily, 2000 :9), adapun aktivitas dalam muhadharah ini ialah siswa selalu hadirnya (giat dan bersemangat) siwa dalam mengikuti setiap kegiatan bimbingan muhadharah yang dilakukan pihak sekolah.
Sedangkan berpidato (public speaking)  itu sendiri merupakan suatu komunikasi lisan (oral communication) di mana seorang komunikator menyampaikan buah pikiran dan atau perasaannya kepada sejumlah pendengar untuk tujuan tertentu sesuai dengan kehendaknya. ( Kustadi Suhandang, 2009 :207).
Kegiatan bimbingan Muhadharah, di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja ini di laksanakan satu minggu dua  kali, yaitu pada hari kamis malam dan senin malam. Kegiatan bimbingan Muhadharah ini diikuti oleh siswa setiap lokal yang ada, dan dibagi atas empat kansulat; konsulat 1 (Pekanbaru), konsulat 2 (Pekanbaru), konsulat 3 (Perhentian Raja), dan  konsulat 4 (Kuansing). dengan cara setiap konsulat mengirimkan utusan, untuk tampil sebagai peserta petugas Ceramah Agama, Membaca Al-qur’an, Syarhil Qur’an dan lainnya. Dalam pelaksanaanya pihak sekolah menugaskan beberapa orang guru untuk memberikan bimbingan dan arahan, bagi setiap peserta yang tampil.
Tujuan yang diharapkan dari kegiatan bimbingan muhadharah tersebut:
1.      Agar siswa mampu berpidato atau berceramah dengan baik dan benar.
2.      Agar siswa mempunyai kepercayaan diri ketika tampil berbicara didepan orang banyak atau khalayak ramai.
3.      Menanamkan rasa keagamaan kepada siswa.
4.      Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam.
5.      Membiasakan berakhlak mulia.
6.      Mengajarkan Al-qur’an.
Bimbingan itu sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia, berasal dari kata bimbing yang berarti petunjuk dan berisikan penjelasan dan cara untuk mengerjakan sesuatu (Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI :133).
Dalam “Year book of Education” 1955 yang dikutip oleh I. Djumhur dan Moh. Surya(1981;25), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan ialah: “Suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial( Dept. Agama, 1996 : 3).
Berpegang kepada pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa yang di maksud dengan bimbingan ialah, suatu proses pemberian bantuan dari seseorang yang mempunyai kecakapan, kepribadian, dan pendidikan kepada seorang/ individu atau kelompok individu lain, dengan maksud agar objek yang di bimbing mampu menerima dan melaksanakan apa-apa yang di bimbing.
Namun demikian, berdasarkan studi pendahuluan penulis di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja ini, masih banyak siswa yang tidak mampu berpidato secara baik dan benar, pernyataan ini didasarkan gejala-gejala berikut ini.
1.      Siswa terlihat kurang percaya diri, ketika tampil berpidato dalam acara muhadharah.
2.      Siswa membaca ayat atau hadist saat berpidato kurang fasih.
3.      Siswa tidak mampu menguasai audien (pendengar) ketika berpidato.
4.      Masih ada siswa yang tidak mampu berpidato ketika acara muhadharah dilakukan.
Melihat latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan ini yang akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul : ” PENGARUH BIMBINGAN MUHADHARAH  TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA MADRASAH TSANAWIYAH BAHRUL ULUM PANTAI RAJA”.
B. Batasan Masalah
Agar lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis hanya akan membahas permasalahan tentang “ Pengaruh Bimbingan Muhadharah Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja, Kec. Perhentian Raja, Kab. Kampar”.
C. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumusakan masalah penelitian sebagai berikut :
  1. Bagaimana kegiatan muhadharah di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja ?
·         Bagaimana bimbingan yang diberikan kepada siswa?
·         Bagaimana siswa menerima bimbingan yang diberikan?
  1. Bagaimana kemampuan pidato siswa di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum?
D.Tujuan dan Manfaat penelitian
a)      Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui kegiatan muhadhrah di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum
  2. Untuk mengetahui peran muhadharah dalam meningkatkan kemampuan berpidato  siswa di Madrasah Tsanawiyah bahrul Ulum.
  3. Untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa di Madrasah Tsanawiyah Bahrul ulum.
   b). Kegunaan Penelitian
1.      Secara teoritis diharapkan menjadi pendorong bagi peneliti lebih lanjut dan sempurna dalam upaya mengkaji dan mengembangkan metodologi dakwah.
2.      Secara akademis diharapkan dapat melahirkan metodologi dakwah dan aktivitas yang lebih gencar dengan cara mengembangkan ajaran Islam dengan mendisiplinkan yang lain sebgai upaya pengembangan dakwah Islamiyah.
3.      Secara praktis dapat dijadikan rujukan penting bagi para pengkaji dakwah dalam usaha mengembangkan meminpin umat menuju kebenaran.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kerangka teoritis, yang terdiri dari: kerangka teoritis dan konsep operasional.
Bab III Metode penelitian, yang terdiri dari: lokasi penelitian, subjek dan objek, populasi dan sampel, variabel, teknik dan instumen pengumpulan data, teknik pengolahan data dan analisis data.
Bab IV Penyajian hasil penelitian dan analisis data
Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Bimbingan
Menurut Wingkel yang dikutip dari Buku Program Akta Mengajar VB (1983:14) Bimbingan berarti pemberian bantuan kepada orang lain atau sekelompok orang dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan hidup. Bantuan itu bersifat psikis (kejiwaan), bukan pertolongan finansial, medis dan lain sebagainya. Dengan adanya bantuan ini seseorang akhirnya dapat mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya saat ini dan menjadi lebih mampu untuk menghadapi masalah yang akan dihadapi kelak (Dept. Agama, 1996 : 3).
Sedangkan menurut Arthur J. Jones yang diikuti Dewa Ketut Sukardi menyebutkan: Bahwa bimbingan ialah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada orang yang lainnya dalam menetapkan pilihan dan penyesuaian diri, serta di dalam memecahkan masalah-masalah. Bimbingan bertujuan membantu penerimaan secara bebas mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri (Dept.Agama, 1996 : 3).
Dalam dua definisi bimbingan diatas, terdapat penekanan kepada pemberian bantuan sebagai penerima, serta penggerak prilaku seseorang dalam kepribadian sehari-hari prilaku tersebut untuk menimbulkan kesadaran diri dan pemahaman diri serta terintegrasi secara utuh. Keadaan ini bisa memahami persoalan hidup dan kenyataan-kenyataan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu membahagiakan masa depan.seiring dengan hal diatas bahwa terdapatnya penegasan penekanan pada bantuan batiniyah sebagai alat manusia untuk berprilaku, sangatlah erat sekali hubungannya dengan kata agama islam sebagai pembinaan mental yang harus dilaksanakan dalam hidup manusia yang dimulai sejak lahir secara baik. Dan ini merupakan upaya nyata dalam memberikan pertolongan bimbingan kepada seseorang yang telah sesuai dengan kebutuhannya secara riil.
1)      . Pengukuran Bimbingan
Keberhasilan suatu kegiatan bimbingan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan disebabkan oleh banyak faktor dan yang paling utama sekali ialah, penguasaan  pengelolaan bimbingan terhadap pemahaman secara esensial dari arti bimbingan itu sendiri.
Agar dapat dicapainya bimbingan yang baik diperlukan organisasi bimbingan yang rapi, bahkan disadari bahwa organisasi merupakan keharusan agar program bimbingan dapat berfungsi sebagai kooperatif yang memiliki administrasi personil, dan serangkaian insfrastruktur yang diperlukan lainya (Juhana Wijaya: 105)
Adapun efektifnya suatu bimbingan ialah:
1.      Adanya perubahan pada cara berpidato siswa.
2.      Adanya penguasaan bimbingan yang diberikan pihak guru.
3.      Tidak adanya siswa yang enggan untuk mengisi kegiatan Muhadharah
2). Proses Kegiatan Bimbingan
Untuk efektifnya suatu bimbingan setidaknya dipengaruhi oleh beberapa proses di antaranya ialah:
1.      Adanya perencanaan kegiatan bimbingan.
2.      Adanya pengorganisasian kegiatan bimbingan.
3.      Adanya pengaktualisasian kegiatan bimbingan.
4.      Adanya proses penjabaran materi kegiatan bimbingan.
5.      Adanya pengevaluasian kegiatan bimbingan (Juhana Wijaya: 107).
Bimbingan memusatkan perhatian pada objek bimbingan berdasarkan atas penyadaran akan kemuliaan dan nilai bathiniyah seseorang dan hak untuk mendapatkan bantuan, bimbingan sebagai sesuatu pendirian yang sama artinya dengan pendidikan, bimbingan sebagai sesuatu yang kontiniu, bimbingan meliputi tanggung jawab yang berat bagi keadaan dua belah pihak, bimbingan harus menghormati hak atas pelayanan, bimbingan berarti kooperatif bukan bersifat pemaksaan, bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada objek bimbingan dalam menentukan pilihan-pilihan, rencana-rencana dan penafsiran mereka masing-masing, bimbingan menghendaki suatu studi tentang objek bimbingan yang bersifat konferhensif dalam situasi kebudayaan, bimbingan hendaknya dibebankan kepada mereka yang memiliki panggilan secara alamiah terhadap tugas itu dan memilki pangalaman baginya, bimbingan merupakan hak luar biasa bagi kelompok-kelompok spesialis tertentu, fokus bimbingan ialah membantu objek bimbingan merealisasikan dan mengaktualisasikan diri sebaik mungkin, bimbingan merupakan penataran objek bimbingan dan sistem pendidikan yang bersifat massal, bimbingan adalah unsur individualisasi personal dan sosialisasi, program bimbingan sebaiknya dievaluasi dari segi keefektifanya, objek bimbingan haruslah dikenal (Hadari Nawawi, 1982 : 95-97).
Berangkat dari teori di atas, dapat dikataakan bahwa langkah-langkah efektifnya suatu bimbingan ialah:
1.      Program itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur atau tahap demi tahap dengan melibatkan semua unsur dan staf lembaga perencanaan.
2.      Program bimbingan  menyediakan dan memiliki fasilitas yang diperlukan.
3.      Program bimbingan memberikan layanan kepada semua objek bimbingan.
4.      Program bimbingan menunjukan peranan yang penting dalam menghubungkan dan mengintergrasikan lembaga dan masyarakat.
5.      Program bimbingan memberikan kesempatan untuk melaksanakan penilaian kepada diri sendiri.
6.      Program bimbingan memberikan jaminan keseimbangan layanan dalam hal, layanan kelompok dan individual dan penyuluhan kelompok, individual penggunaan alat mengukur atau teknik pengumpulan data yang objektif maupun subyektif, pemberian jenis-jenis bimbingan konseling secara umum dan khusus. Pemberian bimbingan program lembaga bimbingan dan penggunaan sumber-sumber didalamnya maupun diluar lembaga yang bersangkutan.
Dari beberapa teori diatas dapat dikatakan bahwa efektivitas bimbingan adalah segala usaha dan cara mendasar yang dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
3). Aktivitas dalam bimbingan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata aktivitas diartikan dengan keaktifan mengikuti kegiatan ( Dept.pendd Nasional : 2001). Aktivitas yang dimaksud dalam tulisan ini ialah, keaktifan atau kegiatan siswa dalam mengikuti muhadharah yang dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Perhentian Raja.
Zakiah Drajat menyebutkan keberhasilan belajar akan dipengaruhi oleh berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan itu dapat di golongkan kepada keaktifan jasmani dan rohani. Keaktifan jasmani maksudnya, siswa giat menggunakan tubuh, seperti membuat sesuatu, bermain-main atau pun bekerja. Sedangkan keaktifan rohani, siswa aktif menggunakan daya atau jiwa, seperti mendengar, mengamati, menyelidiki, mengingat-ingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lain (Zakiah Drajat , 2008 : 136).
Dengan demikian keaktifan seseorang akan melibatkan jasmani ataupun rohani, keaktifan seseorang dalam melakukan aktivitas , dapat diketahui dari beberapa hal:
1.      Mendengarkan.
2.      Memandang.
3.      Meraba, mencium, dan mencicipi.
4.      Menulis dan mencatat.
5.      Membaca.
6.      Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan menggarisbawahi.
7.      Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan.
8.      Menyusun paper atau kertas.
9.      Mengingat.
10.  Berpikir.
11.  Latihan atau praktek (Wasty Soemanto , 2006 :  107)
B. Pidato
Pidato adalah salah satu bentuk penyampaian yang menggunakan media lisan, bentuk media lisan itu sendiri antara lain: khutbah, pidato, ceramah, diskusi dan lain-lain, yang kesemuanya itu dilakukan dengan lidah atau bersuara (A.Hasyim, 1984 :316).
Pidato atau istilah bahasa Inggris disebut publik speaking, pada hakikatnya adalah berbicara dimuka umum, baik langsung maupun tidak langsung. Langsung dalam arti si pembicara langsung berkomunikasi secara berhadapan muka (face to face) dengan hadirinya. Namun pidato juga bisa dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui media massa atau konsumsi umum. Pidato, baik langsung ataupun tidak langsung  pada dasarnya merupakan suatu komunikasi lisan (oral communication) di mana seorang komunikator menyampaikan buah pikiran dan atau perasaannya kepada sejumlah pendengar untuk tujuan tertentu sesuai dengan kehendaknya. ( Kustadi Suhandang, 2009 :207).
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan pernyataan tentang suatu hal atau peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan (http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan).
Menurut kamus umum bahasa indonesia, W.J.S. Poerwadarmita, pidato adalah : “Ucapan yang tersusun baik-baik, yang ditujukan kepada orang atau orang banyak ( Dept.pendd Nasional : 2001).  Jika definisi ini sedikit diperluas, maka akan berbunyi : bentuk penyampaian secara efektif dengan menggunakan bahasa yang tersusun dengan baik dalam pengucapannya disampaikan kepada sekelompok orang atau orang banyak.
Dalam muhadharah para siswa dituntut untuk berpidato dengan penguasaan, Teknik, materi, dan gaya bahasa dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu salah satu ilmu yang harus diketahui para siswa adalah ilmu tentang cara-cara menyajikan dan menyampaikan materi pidato dihadapan pendengar yang disebut rethorika. Pengertian rethorika menurut Onong Uchyana Effendi (1997:53) adalah ilmu yang membicarakan masalah bicara dan pengertian secara luas dalam penggunaan bahasa bisa lisan maupun tulisan.
Rethorika adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk bicara, sehingga tentang rethorika akan terlahir pembicaraan yang baik, menarik dan pada akhirnya mampu menarik perhatian jamaah untuk menyimak dan memperhatikan pesan (materi) pidato itu sendiri.
Menurut Wojowasito (1981:541) dikutif Dalam Webster’s Tower Dictinary (1957:230) menyatakan rhetoric sebagai seni menggunakan bahasa secara efektif. Dalam bahasa belanda dikenal dengan istilah retorica sebagai ilmu pidato dalam arti pemakaian kata-kata dengan gaya yang indah ( Kustadi Suhandang, 2009 :207).
Aristoteles mengungkapkan beberapa fungsi rethorika, yang salah satunya adalah rethorika merupakan langkah atau upaya untuk mempengaruhi khalayak (jamaah) dan selanjutnya Aristoteles mengungkapkan tiga cara untuk mempengaruhi khalayak, yaitu:
1.      Ethos: yaitu kita harus sanggup menunjukkan pada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya dan status yang terhormat.
2.      Patos: yaitu kita harus dapat menyentuh hal khalayak: perasaan, emosi, kasih sayang dan kebenciannya.
3.      Logos. yaitu kita harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau kelihatan sebagai bukti, sehingga dalam hal ini kita mendekati khalayak lewat otaknya. (Jalaludin Rahmat, 2000 : 7).
Jika kita perhatikan dengan cermat maka yang menentukan seseorang itu akan mampu dan sukses dalam melakukan pidato itu tergantung pada retorika yang dia miliki. Jika ia memiliki retorika yang baik maka ia akan mampu dan sukses dalam berpidato ( Gentasri anwar, 2003: 2).
Dikarenakan pidato berhadapan dengan orang  banyak, tentu seseorang yang akan berpidato idealnya mempersiapkan diri secara baik. T.A. Latief Rusydi dalam bukunya mengutif pendapat Dale Carnegie, menyebutkan ; “ Pidato yang dipersiapkan dengan baik menempati 90 % perhidangan.
1)   .  Persiapan Pidato
Setiap orang yang akan berbicara di hadapan umum perlu menyadari suatu pribahasa yang menyatakan “Siapa yang naik mimbar tanpa persiapan, akan turun tanpa kehormatan”. Makna yang terkandung dalam pribahasa ini adalah jika ingin sukses dan mampu berbicara didepan umum maka terlebih dahulu ia di wajibkan untuk melakukan persiapan ( Gentasri anwar, 2003: 35)
Menurut pendapat para ahli komunikasi (retorika)  langkah-langkah persiapan itu meliputi tiga hal yaitu :
a.       Persiapan Fisik
Persiapan fisik adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh agar selalu dalam kondisi prima (sehat), langkah-langkah persiapan fisik ini adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan olah raga secara teratur dan kontinu.
2.      Menghidari makanan dan minuman yang merusak tenggorokan.
3.      Istirahatlah pada waktu yang ditentukan.
4.      Hindari masalah yang berkaitan dengan topik pembicaraan
5.      Jangan terlalu tegang (serius) saat melalakuka persiapan
b.      Persiapan Mental
Persiapan mental (kejiwaan) adalah usaha-usaha yang di lakukan untuk menimbulkan keberanian dan kepercayaan kepada diri sendiri, sebab seseorang yang tidak melaksanakan persiapan mental akan mengalami, seperti: demam panggung, cemas, ragu-ragu, kehilangan materi bahkan bisa kehilangan suara dan semangat. Adapun usaha-usaha tersebut adalah :
1.        Meningkatkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.        Meningkatkan akhlak/moral
3.        Melakukan dialog dengan diri sendiri
c.       Persiapan Materi
Persiapan materi adalah usaha-usaha yang dilakukan  untuk menguasai materi yang akan disampaikan dihadapan forum dengan sistematis, teratur, luas dan mendalam, langkah –langkah yang persiapan materi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1.         Tentukan dan rumuskan topik yang akan dibicarakan.
2.         Tetapkan judul pembicaraan.
3.         Tambah pengetahuan tentang topik tersebut.
4.         Kumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan topik tersebut.
5.         Konsep dalam sebuah tulisan topik tersebut.
6.         Bacalah secara berulang-ulang tulisan yang telah dibuat.
7.         Buat ringkasan tentang tulisan itu.
8.         Cari alat bantu tentang topik yang akan kita sampaikan.
9.         Cari waktu dan tempat untuk berlatih. ( Gentasri anwar, 2003: 36)
2)   .  Kerangka Susunan Pidato
a.       Skema susunan suatu pidato yang baik :
1.      Pembukaan dengan salam pembuka.
2.      Pendahuluan yang sedikit menggambarkan isi.
3.      Isi atau materi pidato secara sistematis : maksud, tujuan, sasaran, dll.
4.      Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup, dll). (http://organisasi.org/pengertian-pidato-tujuan-sifat-metode-susunan-dan-persiapan-pidato-sambutan).
C. Konsep Operasional
Konsep operasional diperlukan untuk memberikan batasan terhadap konsep teoritis, hal ini sangat perlu agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini.
Bimbingan yang efektif yang diberikan kepada siswa dapat diklasifikasikan  sebagai berikut:
1)      Bimbingan yang diberikan harus kontiniu.
2)      Bimbingan hurus menyediakan fasilitas yang diperlukan.
3)      Bimbingan harus memberikan layanan kepada semua objek bimbingan.
4)      Bimbingan harus memberi kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
5)      Bimbingan yang diberikan harus bertahap.
6)      Bimbingan harus melibatkan seluruh staf lembaga.
Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan muhadharah di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1)        Siswa selalu mendengarkan ketika bimbingan muhadharah dilaksanakan.
2)        Siswa memperhatikan ketika guru memberikan bimbingan muhadharah.
3)        Siswa mencatat materi bimbingan yang diberikan guru.
4)        Siswa menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan guru pembimbing.
5)        Siswa bertanya, bila ada hal-hal yang belum jelas dari keterangan guru pembimbing.
6)        Siswa bersikap tenang selama proses pemberian bimbingan muhadharah oleh guru.
7)        Siswa mempraktekkan teori-teori atau materi bimbingan yang diberikan guru pembimbing
8)        Siswa berani tampil kedepan bila diperintahkan guru pembimbing
9)        Siswa tetap berada diruangan selama proses bimbingan muhadharah berlangsung
            Selanjutnya kemampuan berpidato siswa di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja diklasifikasikan  sebagai berikut:
1.      Siswa menguasai materi bimbingan yang disampaikan.
2.      Siswa mengonsep atau membuat sendiri pidato yang disampaikan.
3.      Siswa mampu menguasai audien ( pendengar).
4.      Siswa  berpidato dengan kepercayaan diri.
5.      Siswa mampu menggunakan kata-kata yang mudah dipahami.
6.      Siswa mampu berpidato secara sistematis.








BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Desa Pantai Raja, Kec. Pantai Raja, Kab. Kampar.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini insya Allah dilaksanakan selama 4 (Empat) bulan dengan perincian sebagai berikut:
No. Aktivitas
Oktober
November
Desember
Januari
1.Mencari literatur
2.Pengajuan judul
3. Bimbingan Dosen
4 . Proposal
5. Penelitian
6. Pengajuan Ujian
7. Revisi                   
x
x
x
x
x
x

x
x


x

x


x
x


x



x



x



x



x



x



x





















B.     Objek dan Subjek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah bimbingan muhadharah dan kemampuan berpidato. Sedangkan subjeknya adalah seluruh siswa Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai raja.
C.    Populasi Dan sampel
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 130-131).
Populasi  pada penelitian ini adalah keseluruhan jumlah siswa MTs Bahrul Ulum yang mengikuti kegiatan muhadharah, mereka seluruhnya berjumlah 157 orang, dan terbagi empat konsulat yang masing-masing konsulat terdiri dari Pekanbaru I 40 orang, Pekanbaru II 39 orang, Pantai Raja 39 orang, dan Kuansing 38 orang. Disebabkan populasi  yang ada terbagi atas empat konsulat yaitu : Pekanbaru I, Pekanbaru II, Pantai Raja dan kosulat Kuansing maka sampel yang peneliti gunakan yaitu purposive sampel. Dimana peneliti akan mengambil sampel tiap-tiap konsulat dengan jumlah sampel ditentukan sendiri oleh peneliti, dengan pertimbangan itu peneliti menetapkan sampelnya sebanyak 15 % setiap konsulat, maka setiap konsulat akan terdapat 6 orang yang akan dijadikan sampel.
D.    Variabel Penelitian 
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu pengaruh aktivitas bimbingan muhadharah (variabel X) dan kemampuan berpidato siswa (variabel Y).
Adapun keterkaitan variabel tersebut dapat dilihat pada bagan berikut :
Kemampuan Berpidato
Variabel Y

Pengaruh Bimbingan Muhadharah
Variabel X


E.     Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Adapun Teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
  1. Obsevasi
Obsevasi merupakan teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan yakni khusus diadakan (Suharsimi Arikunto, 2006:115), sesuai dengan teori tersebut penulis mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian. Hal yang diteliti dalam teknik observasi ini yaitu untuk mendapatkan gambaran umum tentang siswa di MTs Bahrul Ulum dan gambaran umum tentang lokasi penelitian MTs Bahrul Ulum Kampar.
  1. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh wawancara (interviu) (Suharsimi Arikunto, 2006 :145) pada penelitian ini wawancara ditujukan pada siswa, guru, kepala sekolah, dan pengurus lainnya tentang Pengaruh Aktivitas mengikuti bimbingan muhadharah terhadap kemampuan berpidato siswa di MTs Bahrul Ulum Pantai raja
F.     Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Berkaitan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas serta tujuan penelitian ini, maka untuk mengetahui persentase pengaruh Aktivitas bimbingan muhadharah dan kemampuan berpidato siswa digunakan analisis persentase dengan rumus sebagai berikut :
r ser }
r ser             =  Koofesien korelasi serial
or                 =  Ordinat yang lebih rendah
ot                 =  Ordinat yang lebih tinggi
M           = Mean
SD tot       =  Standar deviasi total
P                        =  Proporsi individual dalam golongan (Suharsimi Arikunto, 1985: 158).
Penelitian yang peneliti lakukan ini, penelitian berdasarkan tempatnya digolongkan pada jenis penelitian  research kancah  (lapangan), (Drs. Rizal Dairi, M.A, 2010 : 16). Yaitu penelitian yang  yang dilakukan dengan langsung turun kelapangan. Dan disini peneliti ingin mengkaji permasalahan yaitu tentang korelasi sebab-akibat, korelasi sebab-akibat itu sendiri merupakan antara keadaan pertama dengan yang kedua terdapat hubungan sebab akibat, keadaan pertama diperkirakan menjadi penyebab yang kedua atau keadaan pertama berpengaruh pada keadaan yang kedua (Drs. Rizal Dairi, M.A. 2010 : 32).













DAFTAR KEPUSTAKAAN

Depertemen Agama RI. 2006  Alqur’an dan terjemahnya, Jakarta Pusat,  Pundi Aksara.
Jhon M. Echols dan Hassan Shadily. 2000.  Kamus Inggris-Indonesia,  Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, , Cet. Ke-25
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Balai Pustaka, Cet.ke-10
Asmuni  Syukur. 1993. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,Al-ikhlas, Surabaya.
Soemanto. Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.
Dairi. Rizal. 2010. Metodelogi Penelitian, Uir Press, Pekanbaru.
Suharsimi Ari Kunto, 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Asdi Mahasatya, Jakarta
Suharsimi Ari Kunto, 1985. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik, Bina Aksara, Jakarta
Arifin H M Dan Kartika.Etty. 1996. Bimbingan Dan Konseling, Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta.
Hasyim A, 1984. Dustur Dakwah Menurut Alqur’an, Bulan Bintang, Jakarta
Kustadi Suhandang, 2009. Retorika Strategi Teknik dan Taktik Pidato, NUANSA, Bandung
Juhana Wijaya, 1988. Psikolog Bimbingan, Eresco, Bandung
Gentasari anwar, 2003. Retorika Praktis teknik dan seni berpidato, Rineka Cipta, Jakarta
Hadari Nawawi, 1982. Administrasi dan Organisasi bimbingan Dan Penyuluhan pontianak. Ghalilia Indonesia
Zakiah Darajat, dkk, 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Bumi Aksara. Jakarta













Lembaran observasi
A.    Observasi untuk bimbingan muhadharah
Bimbingan muhadharah yang efektif yang diberikan kepada siswa sebagai berikut:
1.      Bimbingan yang diberikan harus kontiniu.
a)      Sudah kontiniu
b)      Belum kontiniu
c)      Kadang-kadang
2.      Bimbingan hurus menyediakan fasilitas yang diperlukan.
a)      Sudah difasilitasi
b)      Kurang difasilitasi
c)      Tidak difasilitasi
3.      Bimbingan harus memberikan layanan kepada semua objek bimbingan.
a)      Sudah memberikan layanan
b)      Kurang memberikan layanan
c)      Tidak memberikan layanan
4.      Bimbingan harus memberi kesempatan untuk melaksanakan penilaian terhadap diri sendiri.
a)      Sudah memberikan kesempatan
b)      Kurang memberikan kesempatan
c)      Tidak memberi kesempatan
5.      Bimbingan yang diberikan harus bertahap.
a)      Bertahap
b)      Kurang bertahap
c)      Tidak bertahap
6.      Bimbingan harus melibatkan seluruh staf lembaga.
a)      Sudah melibatkan semua staf
b)      Kurang melibatkan semua staf
c)      Tidak melibatkan semua staf
Keaktifan siswa dalam mengikuti bimbingan muhadharah sebagai berikut :
1.      Siswa selalu mendengarkan ketika bimbingan muhadharah dilaksanakan.
d)     Mendengarkan
e)      Tidak mendengarkan
f)       Kadang-kadang
2.      Siswa memperhatikan ketika guru memberikan bimbingan muhadharah.
a)      Memperhatikan
b)      Tidak memperhatikan
c)      Kadang-kadang
3.      Siswa mencatat materi bimbingan yang diberikan guru.
a)      Mencatat
b)      Tidak mencatat
c)      Kadang-kadang
4.      Siswa menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan guru pembimbing.
a)      Menanggapi
b)      Tidak menanggapi
c)      Kadang-kadang
5.      Siswa bertanya, bila ada hal-hal yang belum jelas dari keterangan guru pembimbing.
a)      Bertanya
b)      Tidak bertanya
c)      Kadang-kadang
6.      Siswa bersikap tenang selama proses pemberian bimbingan muhadharah oleh guru.
a)      Tenang
b)      Tidak tenang
c)      Kadang-kadang
7.      Siswa mempraktekkan teori-teori atau materi bimbingan yang diberikan guru pembimbing
a)      Mempraktekan
b)      Tidak mempraktekan
c)      Kadang-kadang
8.      Siswa berani tampil kedepan bila diperintahkan guru pembimbing
a)      Berani
b)      Tidak berani
c)      Kurang berani
9.      Siswa tetap berada diruangan selama proses bimbingan muhadharah berlangsung
a)      Tetap berada diruangan
b)      Tidak tetap berada diruangan
c)      gelisah











Lembaran observasi
B.     Observasi untuk kemampuan berpidato
            Selanjutnya kemampuan berpidato siswa di Madrasah Tsanawiyah Bahrul Ulum Pantai Raja diklasifikasikan  sebagai berikut:
1.      Siswa menguasai materi bimbingan yang disampaikan.
a)      Sangat menguasai
b)      Kurang menguasai
c)      Tidak menguasai
2.      Siswa mengonsep atau membuat sendiri pidato yang disampaikan dengan baik.
a)      Baik
b)      Kurang baik
c)      Tidak baik
3.      Siswa mampu menguasai audien ( pendengar).
a)      Sangat mampu
b)      Kurang mampu
c)      Tidak mampu
4.      Siswa  berpidato dengan kepercayaan diri.
a)      Sangat percaya diri
b)      Kurang percaya diri
c)      Tidak percaya diri
5.      Siswa mampu menggunakan kata-kata yang mudah dipahami.
a)      Sangat mampu
b)      Kurang mampu
c)      Tidak mampu
6.      Siswa mampu berpidato secara sistematis.
a)      Sangat mampu
b)      Kurang mampu
c)      Tidak mampu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar