Sabtu, 29 Juni 2013

Penelitian Potensi Bahan Galian Untuk Pertambangan Sekala Kecil Daerah Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Provinsi Sulawesi Utara

Ridwan Arief dan Rohmana

Kelompok Program Penelitian Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI


Daerah Penelitian terletak di Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Provinsi Sulawesi Utara, diantaranya yaitu di Bukit Panang, Bukit Tungau, Molobog dan Matabulu. Para penyelidik terdahulu telah menemukan bahan galian emas. Terutama untuk lokasi Bukit Panang terletak diantara KP PT Avocet dan PT Aneka tambang, dimana di wilayah tersebut terdapat penambang lokal yang masih aktif hingga saat ini.

Geologi daerah Bukit Panang hingga Benteng terdiri dari batuan vulkanik bersifat andesitik, dengan mineral hornblende yang cukup mencolok, sehingga memperlihatkan bentuk plug dan di Bukit Tungau ditempati oleh batuan sedimen lanauan gampingan dan batugamping. Sedangkan di Molobog terdapat dua bukit ditempati batuan andesit vulkanik sedikit hornblende, bagian atas ditutupi oleh batuan vulkanik muda sebagian masih segar, bersifat andesitik dan sebagian mengalami pelapukan. Demikian juga di Matabulu geologinya sama dengan di Molobog, akan tetapi singkapannya tidak begitu luas, sehingga sulit untuk dilakukan pengambilan conto batuan terubah dan termineralisasi.

Hasil analisis laboratorium kadar emas di daerah Bukit Panang dan Bukit Tungau mempunyai nilai rata-rata kandungan emas sekitar 16,5 gr/ton, sedangkan di Daerah Molobog dan sekitarnya mengandung emas rata-rata sekitar 11,0 gr/ton.

Jumlah sumber daya hipotetik emas di Bukit Panang dan Bukit Tungau Desa Kotabunan, sekitar 1,109 ton emas , sedangkan sumber daya emas aluvial sekitar 117 kg emas. Sumber daya di daerah Molobog dan Bukit Auk, Kecamatan Nuangan sekitar 693,0 kg emas, selain bahan galian emas di daerah penelitian terdapat pula bahan galian/endapan belerang dijumpai di wilayah Kawah Gunung Ambang dengan cadangan 121.456 metrik ton. Kemudian potensi panas bumi di daerah Lombongo (50º C), Binggele     (81º C), Hunggayono (40º C) dan Tulabado (80º C) (Hadian dkk., 1974).

Empat Wajah Sehan

Pengantar
Wajah Sehan adalah peran eksistensial yang dia mainkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya sebetapapun peran itu masih bersifat potensial dalam arti belum dapat sepenuhnya dia lakoni. Wajah Sehan dalam bingkai dan maksud tulisan ini adalah juga tema bagi pembicaraan tentang Sehan dalam amatan penulis. Tema yang daya tariknya terdapat dalam keterbukaannya untuk dieksplorasi demi lahirnya pengertian yang mendalam, bukan hanya tentang Sehan tapi juga tentang kaitan antara seorang manusia sebagai individu dengan peran (dalam wajah-wajah) yang telah, sedang dan akan dia lakoni.
Secara psikologis, wajah dan perannya adalah juga kepribadian; personae sebagai topeng. Ini berarti juga berbicara tentang sebuah lubuk dalam jiwa (karakter mental) seorang individu. Sehan adalah subyek sebagai aktor di atas panggung tulisan ini. Lepas dari berbagai proses eksistensialnya sebagai individu, sang aktor adalah juga cermin dari setiap individu lainnya. Dengan berbagai model representasi, wajah dapat mewakili satu titik kecil dari universalitas manusia dan, utamanya, gairah kita pada perbincangan tentang manusia.
Terakhir namun tak kurang penting, keempat wajah Sehan adalah bagian representatif dari apa yang disebut keunikan individual. Ejawantah pembuktian dari kebenaran memahami manusia sebagai yang pada awal dan akhirnya adalah individu dengan segala keunikannya. Ketika kita mencoba memahami seseorang dalam wajah-wajah yang dia perankan, kita akan menemukan sebuah persona dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tulisan ini memuat kedua sisi lebih dan kurang tersebut dalam dua bagian tulisan: Bagian pertama, Empat Wajah Sehan yang terdiri dari empat tulisan dan bagian kedua Empat Kekurangan Wajah Sehan yang juga terdiri dari empat tulisan yang akan dimuat pada kali berikutnya.
Wajah Pertama: Seorang Politisi
Sebagai politisi, Sehan memiliki lebih dari kemampuan untuk mengukur diri terhadap batas ontologis politik. Sehan adalah figur politisi yang cair dalam kemampuannya merembesi batas terluar politik. Manakala kebanyakan politisi Bolaang Mongondow dan kemudian Gorontalo serta Sulawesi Utara (tiga wilayah utama Sehan) berupaya untuk berdiam dalam batas kaku politik, Sehan menerjemahkan langkah politiknya dalam wacana yang begitu cair yang, karenanya, selalu keluar dari batas analisa politik.

Minggu, 14 April 2013

Sejarah Pergerakan Mahasiswa

1908

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : Kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan Budi Oetomo sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.

Sabtu, 06 April 2013

SEJARAH SINGKAT BOLMONG

Penduduk asli Bolaang Mongondow berasal dari keturunan Gumalangit dan Tendeduata serta
Tumotoibokol dan Tumotoibokat, awalnya mereka tinggal di gunung Komasaan (Bintauna). Kemudian
menyebar ke timur di tudu in Lombagin, Buntalo, Pondoli', Ginolantungan sampai ke pedalaman tudu
in Passi, tudu in Lolayan, tudu in Sia', tudu in Bumbungon, Mahag, Siniow dan lain-lain. Peristiwa
perpindahan ini terjadi sekitar abad 8 dan 9.
Nama Bolaang berasal dari kata "bolango" atau "balangon" yang berarti laut. Bolaang atau
golaang dapat pula berarti menjadi terang atau terbuka dan tidak gelap, sedangkan Mongondow dari
kata ‘momondow’ yang berarti berseru tanda kemenangan.
Desa Bolaang terletak di tepi pantai utara yang pada abad 17 sampai akhir abad 19 menjadi
tempat kedudukan istana raja, sedangkan desa Mongondow terletak sekitar 2 km selatan Kotamobagu.
Daerah pedalaman sering disebut dengan ‘rata Mongondow’. Dengan bersatunya seluruh
kelompok masyarakat yang tersebar, baik yang yang berdiam di pesisir pantai maupun yang berada di
pedalaman Mongondow di bawah pemerintahan Raja Tadohe, maka daerah ini dinamakan Bolaang
Mongondow.

Minggu, 27 Januari 2013

PACARAN

Pacaran

 Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.[1] Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.